Harga folamil genio yang tidak cocok dengan HET (harga eceran tertinggi), membuat konsumen kebingungan. Di kota Banjarmasin, ada seorang konsumen yang akan membeli folamil genio. Kemudian dia membeli produk tersebut di sebuah toko obat daerah praktik dokter. Di produk hal yang demikian tertera harga folamil genio versi HET yakni sebesar Rp 154.000. Tetapi, oleh petugas apotek, ia dipinta membayar lebih dari Rp 160.000.

Berdasarkan pengalamannya, konsumen hal yang demikian walhasil membeli kembali produk hal yang demikian sesudah mendapat resep dari dokter kandungan. Sesudah ditebus ke apotek yang berbeda, harganya jauh lebih murah merupakan Rp 140.000.

Pengalaman membingungkan soal harga juga dialami oleh pembeli lain, melainkan kasusnya berbeda. Kali ini yang dibeli yakni obat sakit gigi. Di satu toko obat, ia membeli Cataflam seharga Rp 8.000. Selang satu pekan setelah obatnya habis, dia membeli kembali obat yang sama di apotek yang berbeda. Dia menerima harga yang lebih murah, yakni Rp 4.000.

Perbedaan harga eceran tertinggi yang lumayan jauh perbedaannya memang membingungkan. Seketika apa yang mendasari perbedaan HET tersebut?

Menurut Aturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2015 mengenai Pemberian Kabar Harga Tertinggi Kecuali, definisi dari HET (harga eceran tertinggi) merupakan harga jual tertinggi obat di apotik, warung obat, dan instalasi klinik.

Berita HET, terdapat juga HNA atau harga netto toko obat. HNA ialah harga jual termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) kepada apotik, toko obat dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik.

Dalam pasal 2 diceritakan bahwa pemberian harga eceran tertinggi obat ditujukan untuk memberikan isu yang benar, terang, dan jujur mengenai harga eceran tertinggi atau harga obat yang diberikan kepada pemerintah.

Kabar pada HET pada label berupa nilai nominal untuk obat selain obat generik ditetapkan menurut HNA ditambah tarif pelayanan kefarmasian sebesar 28% dari HNA. Informasi HET berupa formula HET merupakan harga obat katalog elektronik setiap provinsi ditambah dengan biaya pelayanan kefarmasian sebesar 28% dari harga katalog elektronik tiap-tiap provinsi.

Pemberian informasi HET berupa poin nominal dikerjakan dengan cara mencantumkan HET pada label obat sampai pada satuan kemasan terkecil.

Pasal 7 menyebutkan bahwa apotek, warung obat, dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik cuma bisa memasarkan obat dengan harga yang sama atau lebih rendah dari HET. Regulasi memasarkan obat dengan harga yang lebih tinggi dari HET jikalau harga yang tercantum pada label sudah tak layak dengan ketetapan yang berlaku.

Industri farmasi yang sudah mencantumkan HET pada label obat berdasarkan peraturan Menteri, patut menyesuaikan dengan ketetapan dalam Regulasi Menteri ini dalam bentang waktu tiga tahun.

Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang mengatakan bahwa apoteker memiliki tugas memberikan konseling tentang obat serta info tentang harga obat.

Untuk menetapkan apoteker menjalankan tugasnya hal yang demikian, Linda mengatakan bahwa Dinas Kesehatan setiap daerah mesti melaksanakan pengawasan dan pembinaan.

"Dinas Kesehatan juga mesti melaksanakan pembinaan dan mereka sewaktu-waktu akan turun untuk membina bagaimana pelayanan kefarmasian yang baik dan benar dilaksanakan, termasuk memberikan kabar", ujar Linda.